Rabu, 01 Oktober 2014

MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME



MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
MAKALAH

Diususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Oleh,
Nama
NPM
Nipa Susanti
132151048
Kelas : 2-B
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS SILIWANGI
TASIKMALAYA
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul ”Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta Didik Menggunakan Metode Pembelajaran Konstruktivisme”.
Model pembelajaran ini sudah selayaknya diterapkan pada peserta didik agar mereka mampu membangun dan berfikir kreatif untuk menentukan atau menyelesaikan permasalahan khususnya pada pembelajaran matematika, karena saat ini para guru lebih condong menerapkan model pembelajaran ceramah tanpa memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mencoba berfikir kritis dan kreatif.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan terikasaih kepada :
1.      Bapak Budi Riswandi, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah membimbing penulis selama penyusunan makalah ini;
2.      rekan-rekan sekelas yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah ini;
3.      semua pihak yang tiak bisa penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
            Makalah ini bukanlah karya yang sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Untuk itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.

Tasikmalaya, Juni 2014

Penulis
           















DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................      i
DAFTAR ISI ...............................................................................................    iii
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Makalah ...................................................................      1
B.     Rumusan Masalah .............................................................................      3
C.     Tujuan Makalah ................................................................................      4
D.    Manfaat Makalah ..............................................................................      4
BAB II            PEMBAHASAN
A.    Landasan Teoretis .............................................................................      5
B.     Pembahasan
1.      Paradigma konsstruvistik ............................................................     10
2.      Proses Belajar dalam Model Pembelajaran konstruktivisme .......     13
3.      Kelebihan dan Kekurangan Model Konstruktivisme .................     16

BAB III          SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan ...........................................................................................    18
B.     Saran .................................................................................................    19
DAFTAR PUSTAKA

 




BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman, dunia pendidikan terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam memperoleh kemajuan hidup di berbagai bidang. Berhasil tidaknya individu di dalam kehidupan dipengaruhi oleh tingkat pendidikannnya.
Mengingat pendidikan sangat penting dalam kehidupan, maka pelaksanaannya pun harus dilakukan secara optimal sehingga mendapatkan hasil yang di harapkan.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”    
      Matematika sebagai mata pelajaran yang di UN kan dan di anggap sulit, juga mempunyai peranan penting dalam dunia pendidkan. Selain itu matematika juga sebagai pondasi ilmu pengetahuan baik dalam bidang eksak maupun non-eksak. Untuk matematika, seseorang tidak perlu mempelajari ilmu lain terlebih dahulu tetapi orang akan lebih mudah mempeajari ilmu lainnya, karena peranan matematika sebagai ilmu dasar. Matematika di ajarkan dari tingkatan sekolah dasar, menengah sampai tingkat atas, bahkan juga di pelajari di perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta.
      Tetapi pada kenyataanya, mempelajari matematika tidaklah mudah, karena fakta menunjukan bahwa pembelajaran matematika kurang di minati peserta didik, bukan hanya di pelajari, matematika juga harus dimengerti dan perlu banyak latihan mengerjakan soal agar dapat dengan cepat memahaminya. Hal serupa juga di kemukakan oleh Sukahar (1992:3) yang mengatakan: “belajar matematika pada hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang diatur menurut urutan logis. Belajar matematika tidak ada artinya kalau hanya dihafalkan saja. Belajar matematika baru bermakna bila dimengerti”.
      Menyikapi hal tersebut, maka yang harus di lakukan adalah bagaimana cara membuat peserta didik senang belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang efektif, relevan dan menyenangkan yaitu dengan metode kontruktivisme. Dalam pendekatan konstruktivisme, guru buakan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar dan pemberi ilmu, tetapi sebagai fasilitator peserta didik dalam proses belajar mengajar. Jadi peserta didik sendiri aktif secara mental membangun pengetahuannya. Pendekatan ini lebih menekankan bagaimana siwa belajar, bukan guru mengajar.
Sebagai fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas. Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan memotivasi peserta didik. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan serta menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman peserta didik (Suherman dkk, 2001:76).  Oleh karena itu guru harus memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada peserta didik untuk berperan aktif di kelas.
      Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat makalah dengan judul Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta Didik Menggunakan Metode Pembelajaran Konstruktivisme.

B.     Rumusan Masalah
      Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Dalam hal ini penulis merumuskan masalah sebagai brikut.
1.   Bagaimanakah paradigma konstruktivistik?
2.   Bagaimana proses pembelajaran konstruktivisme?
3.   Apa kelebihan dan kekurangan metode konstruktivisme?







C.    Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini disusaun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1.      paradigma konstruktivistik;
2.      proses pemelajaran konstruktivisme;
3.      kelebihan dan kekurangan konstruktivisme.


D.    Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan secara teoretis maupun secara praksis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai pengembangan lmu dan penambah wawasan. Secara praksis makalah ini diharapkan berguna bagi:
1.      Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang metode pembelajaran konstruktivisme;
2.      Pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang meningkatkan pemahaman matematik peserta didik menggunakan metode pembelajaran konstruktivisme baik secara teoretis maupun praksis.

 

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Landasan Teoretis
Konstruktivisme beararti bersifat membangun. Dimana yang dibangun adalah konsep/materi yang akan dipelajari, yang mana konsep tesebut dibangun oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kostruktivisme di sini berarti suatu cara dimana individu atau peserta tidak sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa yang diamati atau yang diajarkan guru, tetapi secara aktif individu atau anak didik itu menyeleksi, menyaring, memberi arti dan menguji kebenaran atas informasi yang diterimanya.ikut ini beberapa pendapat tokoh tentang teori konstruktivisme:
1.      Jean Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).  Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia. Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat "tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi.
Teori ini dianggap "konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti teorinativis (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan dari pengetahuan dan kemampuan bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perolehan gradual dari pengetahuan melalui pengalaman), teori ini berpendapat baha kita mengkonstruksi kemampuan kognitif kita melalui kegiatan motivasi-diri dalam dunia nyata.
Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.
Ada empat konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
a.       Schemata adalah kumpulan konsep atau kategori  yang digunakan individu ketika beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat menata lingkungan barunya. jadi shemata adalah suatu struktur kognitif yang slalu berkembang dan berubah, karena proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif serta dinamis.
b.      Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yanga kan diterima, sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada  dalam skema.
c.       Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan diri.
d.      Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
2.         Teori Vigosky
            Teori belajar Vygotsky menekankan pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran, tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya sendiri.
Kostrukstivisme sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa semua mental tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah. konsep ini saling berhungan antara satu dengan yang lain.
         Dalam teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan hal itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan terwujud perkembangan petensinya secara tepat.  
3.         Teori Jhon Dewey dan Von Graselfeld
         Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist views of learning include a range of theories that share the general perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar. Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya imajinatif.
















B.     Pembahasan
1.      Paradigma konsstruvistik
a.      Pengertian Konstruktivisme
      Konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri tentang pengetahuan yang dipelajarinya. Slavin (1994:225) mengungkapkan bahwa “konstruktivisme dalam sejarah pendidikan lahir dari gagasan-gagasan Piaget dan Vigotsky. Keduanya menekankan bahwa perkembangan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi baru”. Menurut Anderson (dalam Slavin, 1994:48) “dalam pandangan konstruktivisme individu dipandang mengkonstruksi pengetahuan secara berkesinambungan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru”. Berarti bahwa pengetahuan merupakan kostruksi atau bangunan manusia sehingga dapat dikatakan bahwa seseorang yang mempelajari suatu pengetahuan berarti belajar mengkonstruksi pengetahuan, atau belajar adalah suatu proses aktif seseorang mengkonsumsi pengetahuan.

b.      Ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Adapun cirri-ciri toeri kontravisme adalah sebagai berikut:
1)      Mencari tahu dan menghargai titik pandang siswa;
2)      pembelajaran dilakukan atas dasar pengetahuan awal siswa;
3)      memunculka masalah yang relevan dengan siswa;
4)      menyusun pembelajaran yang menantang dugaan siswa;
5)      menilai hasil pembelajaran dalam konteks pembelajaran sehari-hari;
6)      siswa lebih aktif dalam proses belajar karena fous belajar mereka pada proses mpengintegrasian pengetahuan baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki;
7)      setiap pandangan sangat dihargai dan diperlukan. Siswa di dorong untuk menemumkan berbagai kemungkinan dan mensistesikan secara terintegrasi;
8)      proses belajar mendorong adanya kerjasama tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama yang memungkinkan siwswa mengingat pelajaran lebih lama;
9)      kontrol kecepatan dan focus pembelajaran ada pada siswa;
10)  pendekatan konstruktivitis memberikan peengalaman belajar yang tidak terlepas dengan pengalaman yang dialami oleh siswa secara langsung.

c.       Implikasi Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigm konstruvistik, teori meta cognition. Menurut von Glaserfeld (1998) pegertian konstruktif kognitif mmuncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas  diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget. Namun, bila kita telusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivistik sebenarna sudah dimulai oleh Giambaissta Vico, seorang empistemology dari italia. Dialah cikal bakal konstruktivistik.

Behavioristik
·         Mind berfungsi sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan
Konstruktivistik
·         Mind berfungsi sebagai alat mengintrpretasi sehingga muncul makna yang unik
Hudoyo (1998:7) menjelaskan sebagai implikasi dari pandangan konstruktivistik dalam pembelajaran, ada beberapa hal yang terkait dengan lingkungan belajar yang perlu diupayakan, yakni:
1)      Menyediakan pengalaman belajar dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan;
2)      Menyediakan berbagai alternatif pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara;
3)      Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret dalam kehidupan sehari-hari;
4)      Mengintegrasikan pembelajaran sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya;
5)      Memanfaatkan berbagai media termasuk komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif;
6)      Melibatkan siswa secara emosional dan sosial sehingga matematika menjadi menarik dan iswa mau belajar.

2.      Proses Belajar dalam Model Pembelajaran Konstruktivis
a.      Proses pembelajaran Konstruktivisme
Konseptual proses belajar jika dilihat dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang masuk dalam satu arah dari luar ke dalam pengalaman siswa melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara besar struktur kognitif. Lebih kegiatan belajar dalam hal proses daripada dalam hal memperoleh pengetahuan tentang fakta-fakta yang penting.
b.      Peran Siswa
Belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan. Pembentukan harus dilakukan oleh penelitian. Dia harus secara aktif melakukan kegiatan, berpikir aktif, penyusunan, dan memberi makna pada hal-hal yang sedang dipelajari. Guru dapat dan memang harus mengambil inisiatif untuk mengatur lingkungan yang optimal yang memberikan kesempatan untuk penelitian. Tetapi pada akhirnya yang paling menentukan adalah terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.


c.       Peran guru
Peran guru atau pendidik membantu untuk membuat proses membangun pengetahuan oleh siswa berjalan lancar. Guru tidak mentransfer pengetahuan yang sudah memiliki, tetapi untuk membantu siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
d.      Belajar alat
Peranan utama dalam belajar siswa adalah aktivitas membangun pengetahuannya sendiri. Semuanya seperti bahan, media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu pembentukan tersebut.
e.       Evaluasi
Lingkungan belajar sangat mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi realitas, konstruksi pengetahuan, serta kegiatan lain yang didasarkan pada pengalaman. Model pembelajaran konstruktivis biasanya paling tepat bila diterapkan pada pelajaran sains, salah satunya adalah matematika. Ambil contoh yang paling mudah, yaitu dengan adanya matematika dikenal sebagai teorema Pythagoras. Mungkin teorema Pythagoras tidak asing bagi kita, dan bahkan mungkin sudah sering menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di antara teorema ada banyak matematika, teorema ini merupakan salah satu teorema yang cukup terkenal. Bahan ini sudah dikenal sejak siswa SMP mereka sekolah tinggi bahkan mungkin SD. Dengan model pembelajaran konstruktivistik, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman baru tentang pemahaman yang sebelumnya telah dimiliki. Misalnya, dengan mencari asal-usul formula ini didapat. Dalam pendekatan konstruktivis siswa juga dituntut mampu menciptakan sub-sub pertanyaan baru sebagai langkah-langkah dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan subjek teorema Pythagoras, sehingga siswa tidak akan bingung dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Jika pendekatan konstruktivis dapat dikuasai studi luar negeri siswa hasil siswa dalam matematika dapat ditingkatkan. Adapun asumsi  model pembelajaan konstruktivis :
1)      Pengetahuan dibangun dari pengalaman.
2)       Belajar adalah interpretasi pribadi dari dunia.
3)      Belajar adalah proses yang aktif di mana makna dikembangkan atas dasar pengalaman.
4)      Pertumbuhan konseptual berasal dari negosiasi makna, berbagi perspektif ganda, dan perubahan representasi internal kami melalui pembelajaran kolaboratif.
5)      Belajar harus berada dalam pengaturan yang realistis, pengujian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan kegiatan yang terpisah (Merrill, 1991, dalam Smith, 2009:90).

3.      Kelebihan dan Kekurangan Konstruktivisme
a.   Kelebihan
1)      Karena pelajar mampu menafsirkan realitas jamak, pelajar menjadi mampu lebih baik dalam menyerang situasi kehidupan nyata. Jika pelajar seseorang dapat memecahkan masalah, mereka dapat menggunakan pengetahuan yang mereka miliki lebih baik untuk situasi baru (Schuman, 1996, di Smith, 2009).
2)      Dapat memberikan kemudahan kepada para siswa dalam mempelajari konsep pembelajaran matematika.
3)      Melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
4)       Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengekspresikan ide-ide secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi ide dengan temannya, dan mendorong siswa untuk memberikan penjelasan tentang gagasannya.
5)      Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki oleh siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena tersebut, sehingga siswa didorong untuk membedakan dan mengintegrasikan ide-ide tentang fenomena yang menantang siswa.
6)      Memberikan siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalaman mereka. Hal ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, memperkenalkan ide-ide pada waktu yang tepat.
7)      Belajar berdasarkan konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk mencoba ide-ide baru bahwa siswa didorong untuk mendapatkan kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik dikenal dan baru, dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
8)      Mendorong siswa untuk berpikir tentang mengubah ide mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta anggota siswa kesempatan untuk mengidentifikasi perubahan dalam ide-ide mereka.
9)      Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif yang mendorong siswa untuk mengekspresikan ide-ide, mendengarkan satu sama lain, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar. (Guru Learning, 2008).

b.   Kelkurangan
1)      Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman.
2)      Konstruktivisme pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangunsendiri, hal ini pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda.
3)      Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.





BAB III
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Konstruktivisme dalam arti dasar adalah membangun. Dimana menjelaskan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan informasi ke dalam situasi lain dan mendapatkan ke mereka sendiri. Dengan dasar pembelajaran harus dikemas ke dalam proses membangun pengetahuan daripada menerima. Sehingga siswa harus aktif dan kreatif dengan berbagai masalah yang ada saja, sedangkan guru hanya sebagai panduan dan fasilitator saja.
Proses pembelajaran konstruktivis konseptualnya dilihat dari pendekatan kognitif, dimana peserta didik  harus secara aktif melakukan kegiatan, berpikir aktif, penyusunan, dan memberi makna pada hal-hal yang sedang dipelajari. Guru dapat dan memang harus mengambil inisiatif untuk mengatur lingkungan yang optimal yang memberikan kesempatan untuk penelitian karena guru disini hanya membantu peserta didik dengan memberikan sedikit materi atau apresepsi untuk membangun pengetahuannya serta diperlukan media atau alat untuk menunjang hasil belajarnya.
Kelebihan metode konstruktivisme adalah melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengekspresikan ide-ide secara eksplisit dengan menggunakan bahasa peserta didik sendiri, berbagi ide dengan temannya, dan mendorong peserta didik untuk memberikan penjelasan tentang gagasannya. Sedangkan kelemahannya adalah  peserta didik membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi spara peserta didik tidak cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman.

B.     Saran
1.      Guru harus memahami dan memilih bahan yang tepat untuk diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis.
2.      Guru dapat mempersiapkan bahan menggunakan power point atau
draft pertama belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
3.   Guru dapat memberikan manfaat yang berbeda sehingga siswa tetap semangat dan termotivasi untuk mengikuti pelajaran dengan menerapkan model belajar konstruktivisme.
4.      Guru harus benar-benar mengendalikan kegiatan siswa untuk materi pembelajaran sepenuhnya dipahami oleh siswa dengan efisien efektif dan waktu.







DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y., dkk. (2014). Kemampuan Menulis & Berbicara Akademik. Bandung: Rizqi press.
Farid, M. dkk. (2010). Pandangan & Teori Tokoh Pelopor Konstruktivisme: Konsep & Prinsip. [Online]. Tersedia:  http://zafaniedu.blogspot.com/2010/08/pandangan-teori-tokoh-pelopor.html/ [31 mei 2014].

Harlona, A. (2014). Pendapat Para Ahli Tentang Belajar dan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://samparona.blogspot.com/2014/01/pendapat-para-ahli-tentang-belajar-dan.html. [30 mei 2014].


Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekoah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyudi, H. (2012). Arti Pembelajaran menurut Paradigma Konstruktivistik. [Online]. Tersedia: https://sites.google.com/site/fkipkanjuruhan/layanan-online/untitledpost/. [30 mei 2014].
Yamin, M. (2013). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Referensi.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar