MENINGKATKAN
PEMAHAMAN MATEMATIK PESERTA DIDIK MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISME
MAKALAH
Diususun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Oleh,
Nama
|
NPM
|
Nipa Susanti
|
132151048
|
Kelas
: 2-B
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS
SILIWANGI
TASIKMALAYA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah berjudul ”Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta
Didik Menggunakan Metode Pembelajaran Konstruktivisme”.
Model pembelajaran ini sudah selayaknya
diterapkan pada peserta didik agar mereka mampu membangun dan berfikir kreatif
untuk menentukan atau menyelesaikan permasalahan khususnya pada pembelajaran
matematika, karena saat ini para guru lebih condong menerapkan model
pembelajaran ceramah tanpa memberikan kesempatan kepada para peserta didik
untuk mencoba berfikir kritis dan kreatif.
Penulis menyadari bahwa selama penulisan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan
terikasaih kepada :
1.
Bapak
Budi Riswandi, M.Pd., selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah
membimbing penulis selama penyusunan makalah ini;
2.
rekan-rekan
sekelas yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk menyelesaikan makalah
ini;
3.
semua
pihak yang tiak bisa penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.
Makalah ini bukanlah karya yang
sempurna dan masih memiliki banyak kekurangan, baik dalam hal isi maupun
sistematika dan teknik penulisannya. Untuk itu kritik serta saran
yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi perbaikan makalah ini. Akhirnya
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca. Amin.
Tasikmalaya,
Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Makalah ................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ............................................................................. 3
C.
Tujuan
Makalah ................................................................................ 4
D.
Manfaat
Makalah .............................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Landasan
Teoretis ............................................................................. 5
B.
Pembahasan
1. Paradigma konsstruvistik ............................................................ 10
2. Proses Belajar dalam Model Pembelajaran konstruktivisme ....... 13
3. Kelebihan dan Kekurangan Model Konstruktivisme ................. 16
BAB III SIMPULAN
DAN SARAN
A. Simpulan ........................................................................................... 18
B. Saran ................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring berkembangnya zaman, dunia pendidikan terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah
pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.
Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan
pendidikan di Indonesia.
Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam memperoleh kemajuan hidup
di berbagai bidang. Berhasil tidaknya individu di dalam
kehidupan dipengaruhi oleh tingkat pendidikannnya.
Mengingat
pendidikan sangat penting dalam kehidupan, maka pelaksanaannya pun harus
dilakukan secara optimal sehingga mendapatkan hasil yang di harapkan.
Menurut
UU No. 20 tahun 2003 “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.”
Matematika sebagai mata pelajaran yang di
UN kan dan di anggap sulit, juga mempunyai peranan penting dalam dunia
pendidkan. Selain itu matematika juga sebagai pondasi ilmu pengetahuan baik
dalam bidang eksak maupun non-eksak. Untuk matematika, seseorang tidak perlu
mempelajari ilmu lain terlebih dahulu tetapi orang akan lebih mudah mempeajari
ilmu lainnya, karena peranan matematika sebagai ilmu dasar. Matematika di
ajarkan dari tingkatan sekolah dasar, menengah sampai tingkat atas, bahkan juga
di pelajari di perguruan tinggi baik Negeri maupun Swasta.
Tetapi pada kenyataanya, mempelajari
matematika tidaklah mudah, karena fakta menunjukan bahwa pembelajaran
matematika kurang di minati peserta didik, bukan hanya di pelajari, matematika
juga harus dimengerti dan perlu banyak latihan mengerjakan soal agar dapat
dengan cepat memahaminya. Hal serupa juga
di kemukakan oleh Sukahar (1992:3) yang mengatakan: “belajar matematika pada
hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur yang
diatur menurut urutan logis. Belajar matematika tidak ada artinya kalau hanya
dihafalkan saja. Belajar matematika baru bermakna bila dimengerti”.
Menyikapi hal tersebut, maka yang harus di
lakukan adalah bagaimana cara membuat peserta didik senang belajar matematika.
Salah satunya dengan menerapkan metode pembelajaran yang efektif, relevan dan
menyenangkan yaitu dengan metode kontruktivisme. Dalam pendekatan
konstruktivisme, guru buakan lagi sebagai satu-satunya sumber belajar dan
pemberi ilmu, tetapi sebagai fasilitator peserta didik dalam proses belajar
mengajar. Jadi peserta didik sendiri aktif secara mental membangun
pengetahuannya. Pendekatan ini lebih menekankan bagaimana siwa belajar, bukan
guru mengajar.
Sebagai
fasilitator guru bertanggung jawab terhadap kegiatan pembelajaran di kelas.
Diantara tanggung jawab guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan
memotivasi peserta didik. Mendiagnosis dan mengatasi kesulitan serta
menyediakan pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman peserta didik (Suherman dkk,
2001:76). Oleh karena itu guru harus
memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada peserta didik untuk berperan
aktif di kelas.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis membuat
makalah dengan judul Meningkatkan Pemahaman Matematik Peserta
Didik Menggunakan Metode Pembelajaran Konstruktivisme.
B.
Rumusan Masalah
Model pembelajaran konstruktivisme adalah salah satu pandangan
tentang proses pembelajaran yang menyatakan bahwa dalam proses belajar
(perolehan pengetahuan) diawali dengan terjadinya konflik kognitif. Dalam hal
ini penulis merumuskan masalah sebagai brikut.
1.
Bagaimanakah
paradigma konstruktivistik?
2.
Bagaimana proses pembelajaran konstruktivisme?
3.
Apa kelebihan
dan kekurangan metode konstruktivisme?
C. Tujuan
Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini disusaun
dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. paradigma konstruktivistik;
2. proses pemelajaran konstruktivisme;
3. kelebihan dan kekurangan
konstruktivisme.
D. Kegunaan
Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan
secara teoretis maupun secara praksis. Secara teoretis makalah ini berguna
sebagai pengembangan lmu dan penambah wawasan. Secara praksis makalah ini
diharapkan berguna bagi:
1.
Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan dan konsep
keilmuan khususnya tentang metode pembelajaran konstruktivisme;
2.
Pembaca/dosen, sebagai media informasi tentang meningkatkan
pemahaman matematik peserta didik menggunakan metode pembelajaran
konstruktivisme baik secara teoretis maupun praksis.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Landasan Teoretis
Konstruktivisme beararti
bersifat membangun. Dimana yang dibangun adalah konsep/materi yang akan dipelajari,
yang mana konsep tesebut dibangun oleh guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Model pembelajaran kostruktivisme di sini berarti suatu cara dimana
individu atau peserta tidak sekedar mengimitasi dan membentuk bayangan dari apa
yang diamati atau yang diajarkan guru, tetapi secara aktif individu atau anak
didik itu menyeleksi, menyaring, memberi arti dan menguji kebenaran atas
informasi yang diterimanya.ikut ini beberapa pendapat tokoh tentang teori
konstruktivisme:
1. Jean
Piaget
Teori belajar konstruktivistik yang dikembangkan oleh Piaget
dikenal dengan nama konstruktivistik kognitif (personal constructivism).
Teorinya berisi konsep-konsep utama di bidang psikologi perkembangan dan
berkenaan dengan pertumbuhan intelegensi, yang untuk Piaget, berarti kemampuan
untuk secara lebih akurat merepresentasikan dunia, dan dan mengerjakan
operasi-operasi logis dari representasi-representasi konsep realitas dunia.
Teori ini memiliki fokus perhatian pada bangkitnya dan dimilikinya
schemata—skema bagaimana seseorang mengenal dunia—dalam saat
"tingkatan-tingkatan perkembangan", ketika anak-anak menerima cara
baru bagaimana secara mental merepresentasikan informasi.
Teori
ini dianggap "konstruktivis", yang berarti bahwa, tidak seperti
teorinativis (yang berpendapat bahwa perkembangan kognitif sebagai perkembangan
dari pengetahuan dan kemampuan bawaan) ataupun teori empiris (yang berpendapat
bahwa perkembangan kognitif sebagai perolehan gradual dari pengetahuan melalui
pengalaman), teori ini berpendapat baha kita mengkonstruksi kemampuan kognitif
kita melalui kegiatan motivasi-diri dalam dunia nyata.
Lebih
jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh
seseorang, melainkan melalui tindakan. Dari pandangan Piaget tentang tahap
perkembangan kognitif anak dapat dipahami bahwa pada tahap tertentu cara maupun
kemampuan anak mengkonstruksi ilmu berbeda-beda berdasarkan kematangan
intelektual anak. Pada teori ini konsekuensinya dalah siswa harus memiliki ketrampilan
unutk menyesuaikan diri atau adaptasi secara tepat.
Ada empat
konsep dasar yang diperkenalkan oleh Piaget, yaitu:
a.
Schemata
adalah kumpulan konsep atau kategori yang digunakan individu ketika
beradaptasi dengan lingkungan baru, konsep ini sendiri terbentuk dalam struktur
pekiran (Intellectual Scheme) sehingga dengan intelektualnya itu manusia dapat
menata lingkungan barunya. jadi shemata adalah suatu struktur kognitif yang
slalu berkembang dan berubah, karena proses asimiliasi dan proses akomodasi aktif
serta dinamis.
b.
Asimilasi adalah proses penyesuian informasi yang akan diterima
sehingga menjadi sesuatu yang dikenal oleh siswa, proses penyesuian yang
dilakukan dalam asimilasi adalah mengolah informasi yanga kan diterima,
sehingga memilki kesamaan dengan apa yang sudah ada dalam skema.
c.
Akomodasi adalah penempatan informasi yang sudah di ubah dalam
schemata ynag sudah ada, untuk penempatan tersebut scema perlu menyesuiakan
diri.
d.
Equilibrium (keseimbangan) adalah sebuah proses adaptasi oleh individu terhadap
lingkungan individu, agar berusaha untuk mencapai struktural mental atau
svhemata yang stabil atau seimbang antara asimilasi dan akomodasi.
2.
Teori Vigosky
Teori belajar Vygotsky menekankan
pada sosiokultural dan pembelajaran. Siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya
dipengaruhi oleh lingkungan sosial disekitarnya. Pengetahuan, sikap, pemikiran,
tata nilai yang dimilki siswa akan berkembang melalui proses interaksi. konsep
penting dalam teori Vygosky yaitu Zone Of Proximal Development (ZPD) dan
Scaffolding. Zone Of Proximal Development adalah jarak antara perkembangan
sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial dimana siswa mampu
mengkonstruksikan pengetahuan dibawah bimbingan orang dewasa. Sedangkan Scaffolding
merupakan pemberian kepada peserta didik selama tahap-tahap awal
pembelajaran, kemudian mengurangi bantuan dan mmemberikan kesempatan untuk
mengambil alih tanggung jawb yang makin besar setelah dapat melakukannya
sendiri.
Kostrukstivisme
sosial Vygosky meyakini bahwa interaksi sosial, unsur budaya, dan aktivitas
yang membentuk pengembangan dan pembelajaran individu. Vygosky menekankan bahwa
semua mental tingkat tinggi seperti berpikir dan pemecahan masalah dimediasi
dengan alat-alat psikologis seperti bahasa, lambang dan simbol. Vigosky dalam
penelitiannya membedakan dua macam konsep yaitu konsep spontan dan konsep
ilmiah. Konsep spontan diperoleh dari pengetahuan sehari-hari, sedangkan konsep
ilmiah diperoleh dari pengetahuan dan pembelajaran yang diperoleh dari sekolah.
konsep ini saling berhungan antara satu dengan yang lain.
Dalam
teori Vygosky dalam belajar berarti terjadi proses perkembangan internal untuk
membentuk pengetahuan barunya denngan bantuan orang lain yang kompeten , dan
hal itu terjadi ketika individu berinteraksi dengan lingkungan dengan
lingkungan sosialnya. jadi kesiapan individu untuk belajar sangat bergantung
pada stimulus lingkungan yang sesuai serta bentuk bimbingan dari orang lain
yang berkompeten secara tepat, sehingga pembelajran menjadi lebih bermakna dan
terwujud perkembangan petensinya secara tepat.
3.
Teori Jhon Dewey dan Von Graselfeld
Selain Piaget dan Vygosky tokoh lain
teori belajar kontruktivisme adalah Jhon Dewey dan Von Graselfeld. Dalam hal
ini seperti dikemukakan oleh Robert B. Innes (2004:1) bahwa “Constructivist
views of learning include a range of theories that share the general
perspective that knowledge is constructed by learners rather than transmitted
to learners. Most of these theories trace their philosophical roots to John
Dewey”. Maksudnya adalah bahwa pandangan penganut konstruktivisme mengenai
belajar meliputi serangkaian teori yang membagi perespektif umum bahwa
pengetahuan dikonstruksi oleh pembelajar bukan ditransfer ke pembelajar.
Kebanyakan dari teori seperti ini berakar dari filsafat Jhon Dewey. Dewey
menjelaskan bahwa manusia tidak selayaknya dibagi ke dalam dua bagian, satunya
emotional dan yang lainnya intelektual—yang satunya materi nyata, lainnya
imajinatif.
B.
Pembahasan
1. Paradigma
konsstruvistik
a.
Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah teori
perkembangan kognitif yang menekankan pada peran aktif siswa dalam membangun
pemahaman mereka sendiri tentang pengetahuan yang dipelajarinya. Slavin
(1994:225) mengungkapkan bahwa “konstruktivisme dalam sejarah pendidikan lahir
dari gagasan-gagasan Piaget dan Vigotsky. Keduanya menekankan bahwa
perkembangan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami
sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami
informasi baru”. Menurut Anderson (dalam Slavin, 1994:48) “dalam pandangan
konstruktivisme individu dipandang mengkonstruksi pengetahuan secara
berkesinambungan mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru”. Berarti bahwa
pengetahuan merupakan kostruksi atau bangunan manusia sehingga dapat dikatakan
bahwa seseorang yang mempelajari suatu pengetahuan berarti belajar
mengkonstruksi pengetahuan, atau belajar adalah suatu proses aktif seseorang
mengkonsumsi pengetahuan.
b.
Ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Adapun cirri-ciri toeri kontravisme adalah sebagai berikut:
1) Mencari tahu dan menghargai titik
pandang siswa;
2) pembelajaran dilakukan atas dasar
pengetahuan awal siswa;
3) memunculka masalah yang relevan
dengan siswa;
4) menyusun pembelajaran yang menantang
dugaan siswa;
5) menilai hasil pembelajaran dalam
konteks pembelajaran sehari-hari;
6) siswa lebih aktif dalam proses
belajar karena fous belajar mereka pada proses mpengintegrasian pengetahuan
baru yang diperoleh dengan pengalaman/pengetahuan lama yang mereka miliki;
7) setiap pandangan sangat dihargai dan
diperlukan. Siswa di dorong untuk menemumkan berbagai kemungkinan dan
mensistesikan secara terintegrasi;
8) proses belajar mendorong adanya
kerjasama tapi bukan untuk bersaing. Proses belajar melalui kerjasama yang
memungkinkan siwswa mengingat pelajaran lebih lama;
9) kontrol kecepatan dan focus
pembelajaran ada pada siswa;
10) pendekatan konstruktivitis
memberikan peengalaman belajar yang tidak terlepas dengan pengalaman yang
dialami oleh siswa secara langsung.
c. Implikasi
Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Strategi kognitif lahir berdasarkan paradigm konstruvistik,
teori meta cognition. Menurut von Glaserfeld (1998) pegertian konstruktif
kognitif mmuncul pada abad ini dalam tulisan Mark Baldwin yang secara luas diperdalam dan disebarkan oleh Jean Piaget.
Namun, bila kita telusuri lebih jauh, gagasan pokok konstruktivistik sebenarna
sudah dimulai oleh Giambaissta Vico, seorang empistemology dari italia. Dialah
cikal bakal konstruktivistik.
Behavioristik
·
Mind berfungsi sebagai alat penjiplak struktur pengetahuan
Konstruktivistik
·
Mind berfungsi sebagai alat mengintrpretasi sehingga muncul
makna yang unik
Hudoyo
(1998:7) menjelaskan sebagai implikasi dari pandangan konstruktivistik dalam
pembelajaran, ada beberapa hal yang terkait dengan lingkungan belajar yang
perlu diupayakan, yakni:
1) Menyediakan pengalaman belajar
dengan mengaitkan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sedemikian rupa
sehingga belajar melalui proses pembentukan pengetahuan;
2) Menyediakan berbagai alternatif
pengalaman belajar, tidak semua mengerjakan tugas yang sama, misalnya suatu
masalah dapat diselesaikan dengan berbagai cara;
3) Mengintegrasikan pembelajaran dengan
situasi yang realistik dan relevan dengan melibatkan pengalaman konkret dalam
kehidupan sehari-hari;
4) Mengintegrasikan pembelajaran
sehingga memungkinkan terjadinya transmisi sosial yaitu terjadinya interaksi
dan kerjasama seseorang dengan orang lain atau dengan lingkungannya;
5) Memanfaatkan berbagai media termasuk
komunikasi lisan dan tertulis sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif;
6) Melibatkan siswa secara emosional
dan sosial sehingga matematika menjadi menarik dan iswa mau belajar.
2.
Proses Belajar dalam Model
Pembelajaran Konstruktivis
a.
Proses pembelajaran
Konstruktivisme
Konseptual proses belajar
jika dilihat dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang
masuk dalam satu arah dari luar ke dalam pengalaman siswa melalui proses
asimilasi dan akomodasi yang bermuara besar struktur kognitif. Lebih kegiatan
belajar dalam hal proses daripada dalam hal memperoleh pengetahuan tentang
fakta-fakta yang penting.
b.
Peran Siswa
Belajar merupakan proses
pembentukan pengetahuan. Pembentukan harus dilakukan oleh penelitian. Dia harus
secara aktif melakukan kegiatan, berpikir aktif, penyusunan, dan memberi makna
pada hal-hal yang sedang dipelajari. Guru dapat dan memang harus mengambil
inisiatif untuk mengatur lingkungan yang optimal yang memberikan kesempatan
untuk penelitian. Tetapi pada akhirnya yang paling menentukan adalah
terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar siswa itu sendiri.
c.
Peran guru
Peran
guru atau pendidik
membantu untuk membuat proses membangun pengetahuan oleh siswa berjalan lancar.
Guru tidak mentransfer pengetahuan yang sudah memiliki, tetapi untuk membantu
siswa untuk membentuk pengetahuannya sendiri.
d.
Belajar alat
Peranan
utama dalam belajar siswa
adalah aktivitas membangun pengetahuannya sendiri. Semuanya seperti bahan,
media, peralatan, lingkungan, dan fasilitas lainnya disediakan untuk membantu
pembentukan tersebut.
e. Evaluasi
Lingkungan belajar sangat
mendukung munculnya berbagai pandangan dan interpretasi realitas, konstruksi
pengetahuan, serta kegiatan lain yang didasarkan pada pengalaman. Model pembelajaran
konstruktivis biasanya paling tepat bila diterapkan pada pelajaran sains, salah
satunya adalah matematika. Ambil contoh yang paling mudah, yaitu dengan adanya
matematika dikenal sebagai teorema Pythagoras. Mungkin teorema Pythagoras tidak
asing bagi kita, dan bahkan mungkin sudah sering menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Di antara teorema ada banyak matematika, teorema ini merupakan
salah satu teorema yang cukup terkenal. Bahan ini sudah dikenal sejak siswa SMP
mereka sekolah tinggi bahkan mungkin SD. Dengan model pembelajaran
konstruktivistik, siswa diharapkan dapat membangun pemahaman baru tentang
pemahaman yang sebelumnya telah dimiliki. Misalnya, dengan mencari asal-usul
formula ini didapat. Dalam pendekatan konstruktivis siswa juga dituntut mampu
menciptakan sub-sub pertanyaan baru sebagai langkah-langkah dalam menyelesaikan
masalah yang berhubungan dengan subjek teorema Pythagoras, sehingga siswa tidak
akan bingung dan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya. Jika pendekatan
konstruktivis dapat dikuasai studi luar negeri siswa hasil siswa dalam
matematika dapat ditingkatkan. Adapun asumsi model
pembelajaan konstruktivis :
1)
Pengetahuan dibangun dari
pengalaman.
2)
Belajar adalah interpretasi pribadi dari dunia.
3)
Belajar adalah proses yang
aktif di mana makna dikembangkan atas dasar pengalaman.
4)
Pertumbuhan konseptual
berasal dari negosiasi makna, berbagi perspektif ganda, dan perubahan
representasi internal kami melalui pembelajaran kolaboratif.
5)
Belajar harus berada dalam
pengaturan yang realistis, pengujian harus terintegrasi dengan tugas dan bukan
kegiatan yang terpisah (Merrill, 1991, dalam Smith, 2009:90).
3. Kelebihan
dan Kekurangan Konstruktivisme
a.
Kelebihan
1) Karena pelajar mampu menafsirkan realitas jamak, pelajar menjadi mampu lebih baik dalam menyerang situasi kehidupan nyata. Jika
pelajar seseorang dapat memecahkan masalah, mereka dapat menggunakan
pengetahuan yang mereka miliki lebih baik untuk situasi baru (Schuman, 1996, di
Smith, 2009).
2) Dapat memberikan kemudahan kepada para siswa dalam mempelajari konsep pembelajaran matematika.
3) Melatih siswa untuk berpikir kritis dan kreatif.
4) Memberikan kesempatan bagi
siswa untuk mengekspresikan ide-ide secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
siswa sendiri, berbagi ide dengan temannya, dan mendorong siswa untuk
memberikan penjelasan tentang gagasannya.
5) Memberikan pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki
oleh siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar
siswa memperluas pengetahuan mereka tentang fenomena tersebut, sehingga siswa
didorong untuk membedakan dan mengintegrasikan ide-ide tentang fenomena yang
menantang siswa.
6) Memberikan siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalaman mereka. Hal
ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kreatif, imajinatif, mendorong
refleksi tentang model dan teori, memperkenalkan ide-ide pada waktu yang tepat.
7) Belajar berdasarkan konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk mencoba
ide-ide baru bahwa siswa didorong untuk mendapatkan kepercayaan diri dengan
menggunakan berbagai konteks, baik dikenal dan baru, dan akhirnya memotivasi
siswa untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran.
8) Mendorong siswa untuk berpikir tentang mengubah ide mereka setelah
menyadari kemajuan mereka serta anggota siswa kesempatan untuk mengidentifikasi
perubahan dalam ide-ide mereka.
9) Menyediakan lingkungan belajar yang kondusif yang mendorong siswa untuk
mengekspresikan ide-ide, mendengarkan satu sama lain, dan menghindari kesan
selalu ada satu jawaban yang benar. (Guru Learning, 2008).
b. Kelkurangan
1) Siswa membangun pengetahuan mereka sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi cocok dengan pembangunan ilmuwan yang menyebabkan
kesalahpahaman.
2) Konstruktivisme pengetahuan kita menanamkan bahwa siswa membangunsendiri,
hal ini pasti memakan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan
yang berbeda.
3) Situasi dan kondisi masing-masing sekolah tidak sama, karena tidak semua
sekolah memiliki infrastruktur yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas
siswa.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Konstruktivisme dalam arti dasar adalah membangun. Dimana menjelaskan bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan
informasi ke dalam situasi lain dan mendapatkan ke mereka sendiri. Dengan dasar
pembelajaran harus dikemas ke dalam proses membangun pengetahuan daripada
menerima. Sehingga siswa harus aktif dan kreatif dengan berbagai masalah yang
ada saja, sedangkan guru hanya sebagai panduan dan fasilitator saja.
Proses pembelajaran konstruktivis konseptualnya dilihat dari pendekatan
kognitif, dimana peserta didik harus secara aktif
melakukan kegiatan, berpikir aktif, penyusunan, dan memberi makna pada hal-hal
yang sedang dipelajari. Guru dapat dan memang harus mengambil inisiatif untuk
mengatur lingkungan yang optimal yang memberikan kesempatan untuk penelitian
karena guru disini hanya membantu peserta didik dengan memberikan sedikit
materi atau apresepsi untuk membangun pengetahuannya serta diperlukan media
atau alat untuk menunjang hasil belajarnya.
Kelebihan metode konstruktivisme adalah melatih siswa untuk
berpikir kritis dan kreatif serta memberikan kesempatan bagi peserta didik
untuk mengekspresikan ide-ide secara eksplisit dengan menggunakan bahasa
peserta didik sendiri, berbagi ide dengan temannya, dan mendorong peserta didik
untuk memberikan penjelasan tentang gagasannya. Sedangkan kelemahannya adalah peserta didik membangun pengetahuan mereka
sendiri, tidak jarang bahwa konstruksi spara peserta didik tidak cocok dengan
pembangunan ilmuwan yang menyebabkan kesalahpahaman.
B.
Saran
1. Guru harus memahami dan memilih bahan yang tepat untuk
diterapkan dengan menggunakan model pembelajaran konstruktivis.
2. Guru dapat mempersiapkan bahan menggunakan power point
atau
draft pertama belajar sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
3.
Guru dapat memberikan
manfaat yang berbeda sehingga siswa tetap semangat dan termotivasi untuk
mengikuti pelajaran dengan menerapkan model belajar konstruktivisme.
4. Guru harus benar-benar mengendalikan kegiatan siswa untuk
materi pembelajaran sepenuhnya dipahami oleh siswa dengan efisien efektif dan
waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Y., dkk. (2014). Kemampuan Menulis & Berbicara
Akademik. Bandung: Rizqi press.
Binham. (2012). Paradigma Konstruktivisme Dalam Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://binham.wordpress.com/2012/04/07/paradigma-konstruktivisme-dalam-pembelajaran/. [30 mei 2014].
Farid, M. dkk. (2010). Pandangan & Teori Tokoh Pelopor
Konstruktivisme: Konsep & Prinsip. [Online]. Tersedia: http://zafaniedu.blogspot.com/2010/08/pandangan-teori-tokoh-pelopor.html/ [31 mei 2014].
Harlona, A. (2014). Pendapat Para Ahli Tentang Belajar dan Pembelajaran Matematika. [Online]. Tersedia: http://samparona.blogspot.com/2014/01/pendapat-para-ahli-tentang-belajar-dan.html. [30 mei 2014].
Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran Di Sekoah
Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Wahyudi, H. (2012). Arti
Pembelajaran menurut Paradigma Konstruktivistik. [Online]. Tersedia: https://sites.google.com/site/fkipkanjuruhan/layanan-online/untitledpost/. [30 mei 2014].
Yamin, M. (2013). Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta:
Referensi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar